Monday, 6 April 2015
Lanjutan
Sambil mencermati gambar di atas, mungkin timbul pertanyaan, Jika kata-kata guru dan tulisan di papan (simbol verbal) hanya memberikan pengalaman belajar yang abstrak pada diri peserta didik, apakah berarti guru tidak boleh berbicara selama pembelajaran dan papan tulis tidak perlu dipergunakan untuk menulis? Terhadap pertanyaan ini, jawabannya sekali lagi kita cermati pernyataan Dale. Asalkan didahului oleh pengalaman-pengalaman yang lebih konkrit, peserta didik dapat mengambil manfaat dari penyajian realitas yang lebih abstrak tersebut. Jika demikian, sekiranya guru hanya menggunakan media suara dan tulisan di papan tulis (tanpa didahului oleh pengalaman belajar yang lebih konkrit), tampaknya peserta didik tidak terlalu mendapatkan manfaat dari pembelajaran yang dilakukannya.
3. Integrasi Pendidikan Karakter
Media yang menarik belum tentu tepat digunakan dalam proses pembelajaran di kelas. Pembelajaran adalah bagian proses pendidikan yang sarat akan nilai-nilai budaya dan karakter. Untuk itu guru perlu menghindari nilai-nilai negatif yang dapat muncul dalam media yang digunakan. Nilai-nilai negatif dalam pembelajaran dapat muncul dalam hal (1) gambar yang tidak sesuai dengan norma dan etika bangsa Indonesia, dan (2) media yang mengandung bias jender, stereotype, mengandung kekerasan. Dalam media pembelajaran yang berupa gambar khususnya, dapat diintegrasikan pendidikan karakter dan budaya bangsa di dalamnya, sejauh guru dapat memilih gambar yang sesuai dengan karakter yang mau ditanamkan.
4. Ketersediaan Media
Sebaik apapun media yang akan kita gunakan dalam pembelajaran, tetapi sulit atau tidak mungkin didapatkan, maka lebih baik media tersebut ditinggalkan untuk sementara waktu. Untuk itulah penting bagi guru menguasai bagaimana membuat dan menggunakan media sederhana. Dengan kata lain media yang dipilih adalah media yang tersedia atau yang dapat dibuat sendiri.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment