Pages

STANDAR KOMPETENSI MENDENGARKAN

1. Memahami makna dalam percakapan transaksional dan interpersonal dalam konteks kehidupan sehari-hari

STANDAR KOMPETENSI MENDENGARKAN

2. Memahami makna teks fungsional pendek dan teks monolog sederhana berbentuk recount, narrative dan procedure dalam konteks kehidupan sehari-hari

STANDAR KOMPETENSI BERBICARA

3. Mengungkapkan makna dalam percakapan transaksional dan interpersonal dalam konteks kehidupan sehari-hari

STANDAR KOMPETENSI BERBICARA

4. Mengungkapkan makna dalam teks fungsional pendek dan monolog berbentuk recount, narrative dan procedure sederhana dalam konteks kehidupan sehari-hari

STANDAR KOMPETENSI MEMBACA

5. Memahami makna teks tulis fungsional pendek dan esei sederhana berbentuk recount, narrative dan procedure dalam konteks kehidupan sehari-hari dan untuk mengakses ilmu pengetahuan

STANDAR KOMPETENSI MENULIS

6. Mengungkapkan makna dalam teks tulis fungsional pendek dan esei sederhana berbentuk recount, narrative, dan procedure dalam konteks kehidupan sehari-hari

KOMPETENSI DASAR MENDENGARKAN

1.1 Merespon makna yang terdapat dalam percakapan transaksional dan interpersonal yang menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar dan berterima dalam konteks kehidupan sehari-hari dan melibatkan tindak tutur: berkenalan, bertemu/berpisah, menyetujui ajakan/tawaran/ undangan, menerima janji, dan membatalkan janji

KOMPETENSI DASAR MENDENGARKAN

2.1 Merespon makna secara akurat, lancar dan berterima dalam teks lisan fungsional pendek sederhana (misalnya pengumuman, iklan, undangan dll.) resmi dan tak resmi dalam berbagai konteks kehidupan sehari-hari

KOMPETENSI DASAR BERBICARA

3.1. Mengungkapkan makna dalam percakapan transaksional dan interpersonal secara akurat, lancar dan berterima dengan menggunakan ragam bahasa lisan dan melibatkan tindak tutur: berkenalan, bertemu/berpisah, menyetujui ajakan/tawaran/ undangan, menerima janji, dan membatalkan janji

KOMPETENSI DASAR BERBICARA

4.1 Mengungkapkan makna dalam bentuk teks fungsional pendek (misalnya pengumuman, iklan, undangan dll.) resmi dan tak resmi dengan menggunakan ragam bahasa lisan dalam berbagai konteks kehidupan sehari-hari.

Thursday 10 December 2015

TUGAS REMIDI BAHASA INGGRIS UNTUK KELAS X 1 DAN 2

.Tugas remidi bahasa inggris kelas X 1 dan 2 : 

Kerjakan semua soal yang ada pada buku paket halaman 117 s.d. 123
dan daftar Irregular Verb pada halaman 126 dan 127 dicari artinya!.

1.  soal pada halaman 117 s.d. 123 ditulis semua baik soal maupun jawaban
     pada kertas folio. 

2.  daftar Irregular verb pada hal 126 dan 127 ditulis beserta artinya pada kertas folio.

3. dikumpulkan sebelum tanggal 15 Desember 2015.



Kramat,  10  Desember  2015
GMP Bahasa Inggris,

Mr. save riyaji
199702 1 003

Tugas Perbeikan Bahasa Inggris Kelas XII IPA 1.xls

Tugas Perbaikan Bahasa Inggris Kelas XII_IPA_1.x klik disini

.Tugas perbaikan mata pelajaran Bahasa Inggris Kelas XII IPA 

Mengerjakan Soal UN Tahun sesuai pada daftar di Blog :
Soal dan Jawaban serta Pembahasan ditulis tangan pada kertas Folio
sebelum dikumpulkan di coppy lebih dahulu dan yang dikumpulkan 
yang asli ! sebelum tanggal 15 Desember 2015 .

Tugas Perbaikan Bahasa Inggris Kelas XII IPA 2.xls

Tugas Perbaikan Bahasa Inggris Kelas XII IPA 2.xls klik disini


.Tugas perbaikan mata pelajaran Bahasa Inggris Kelas XII IPA 

Mengerjakan Soal UN Tahun sesuai pada daftar di Blog :
Soal dan Jawaban serta Pembahasan ditulis tangan pada kertas Folio
sebelum dikumpulkan di coppy lebih dahulu dan yang dikumpulkan 
yang asli ! sebelum tanggal 15 Desember 2015 .
.

Tugas Perbaikan Bahasa Inggris Kelas XII IPA 3.xls

Tugas Perbaikan Bahasa Inggris Kelas_XII_IPA_3.xls   klik disini



.Tugas perbaikan mata pelajaran Bahasa Inggris Kelas XII IPA 

Mengerjakan Soal UN Tahun sesuai pada daftar di Blog :
Soal dan Jawaban serta Pembahasan ditulis tangan pada kertas Folio
sebelum dikumpulkan di coppy lebih dahulu dan yang dikumpulkan 
yang asli ! sebelum tanggal 15 Desember 2015 .

Tugas Perbaikan Bahasa Inggris Kelas XII IPA 4.xls

Tugas Perbaikan Bahasa Inggris Kelas_XII_IPA_4.xls klik disini


.Tugas perbaikan mata pelajaran Bahasa Inggris Kelas XII IPA 

Mengerjakan Soal UN Tahun sesuai pada daftar di Blog :
Soal dan Jawaban serta Pembahasan ditulis tangan pada kertas Folio
sebelum dikumpulkan di coppy lebih dahulu dan yang dikumpulkan 
yang asli ! sebelum tanggal 15 Desember 2015 .

Tugas Perbaikan Bahasa Inggris Kelas XII IPA 5.xls

Tugas Perbaikan Bahasa Inggris Kelas_XII_IPA_5.xls klik disini

.Tugas perbaikan mata pelajaran Bahasa Inggris Kelas XII IPA 

Mengerjakan Soal UN Tahun sesuai pada daftar di Blog :
Soal dan Jawaban serta Pembahasan ditulis tangan pada kertas Folio
sebelum dikumpulkan di coppy lebih dahulu dan yang dikumpulkan 
yang asli ! sebelum tanggal 15 Desember 2015
.

Tuesday 8 December 2015

Nilai Uas 1 Bahasa Inggris Kelas X 1.xls

 Nilai Uas 1 Bahasa Inggris Kelas X 1.xls  Klik disini



Bagi siswa yng belum mencapai batas tuntas segera menhubungi guru mapel sebelum tgl 11 Desember 2015

..

Nilai Uas 1 Bahasa Inggris Kelas X 2.xls

Nilai Uas 1 Bahasa Inggris Kelas X 2.xls Klik disini



Bagi siswa yng belum mencapai batas tuntas segera menhubungi guru mapel sebelum tgl 11 Desember 2015 ..

Nilai Uas Murni Kelas XII IPA 1.xls

Nilai Uas Murni Kelas XII IPA 1.xls Klik disini

Bagi siswa yang nilai uas belum mencapai batas tuntas segera menghubungi guru mapel sebelum tgl 10 Desember 2015. 

Nilai Uas Murni Kelas XII IPA 2.xls

Nilai Uas Murni Kelas XII IPA 2.xls Klik disini

Bagi siswa yang nilai uas belum mencapai batas tuntas segera menghubungi guru mapel sebelum tgl 10 Desember 2015. 

Nilai Uas Murni Kelas XII IPA 3.xls

Nilai Uas Murni Kelas XII IPA 3.xls Klik disini

Bagi siswa yang nilai uas belum mencapai batas tuntas segera menghubungi guru mapel sebelum tgl 10 Desember 2015. 

Nilai Uas Murni Kelas XII IPA 4.xls

Nilai Uas Murni Kelas XII IPA 4.xls Klik disini

Bagi siswa yang nilai uas belum mencapai batas tuntas segera menghubungi guru mapel sebelum tgl 10 Desember 2015. 

..

Nilai Uas Murni Kelas XII IPA 5.xls

Nilai Uas Murni Kelas XII IPA 5.xls Klik disini

Bagi siswa yang nilai uas belum mencapai batas tuntas segera menghubungi guru mapel sebelum tgl 10 Desember 2015.

Wednesday 4 November 2015

Belajar Bahasa Inggris Online: Elliptical Sentence: Either dan Neither

Belajar Bahasa Inggris Online: Elliptical Sentence: Either dan Neither: Pada materi sebelumnya telah saya jelaskan  elliptical sentence   yang menggunakan too dan so , dimana mereka digunakan hanya untuk kalimat...

..

Monday 28 September 2015

contoh soal advertisements

contoh soal advertisements: Advertisements The text for question 1-3 Sylla Pizza Authentic Italian Pizza by True-blue Neapolitan Chef A cozy little...

..

Wednesday 26 August 2015

Media Belajar SMA: materi bahasa inggris

Media Belajar SMA: materi bahasa inggris: MATERI TEXT-TEXT BAHASA INGGRIS   Narrative text Inti dari text/genre berbentuk narrative adalah cerita hiburan yang berisi berbaga...

..

Monday 6 April 2015

Lanjutan

Sambil mencermati gambar di atas, mungkin timbul pertanyaan, Jika kata-kata guru dan tulisan di papan (simbol verbal) hanya memberikan pengalaman belajar yang abstrak pada diri peserta didik, apakah berarti guru tidak boleh berbicara selama pembelajaran dan papan tulis tidak perlu dipergunakan untuk menulis? Terhadap pertanyaan ini, jawabannya sekali lagi kita cermati pernyataan Dale. Asalkan didahului oleh pengalaman-pengalaman yang lebih konkrit, peserta didik dapat mengambil manfaat dari penyajian realitas yang lebih abstrak tersebut. Jika demikian, sekiranya guru hanya menggunakan media suara dan tulisan di papan tulis (tanpa didahului oleh pengalaman belajar yang lebih konkrit), tampaknya peserta didik tidak terlalu mendapatkan manfaat dari pembelajaran yang dilakukannya. 3. Integrasi Pendidikan Karakter Media yang menarik belum tentu tepat digunakan dalam proses pembelajaran di kelas. Pembelajaran adalah bagian proses pendidikan yang sarat akan nilai-nilai budaya dan karakter. Untuk itu guru perlu menghindari nilai-nilai negatif yang dapat muncul dalam media yang digunakan. Nilai-nilai negatif dalam pembelajaran dapat muncul dalam hal (1) gambar yang tidak sesuai dengan norma dan etika bangsa Indonesia, dan (2) media yang mengandung bias jender, stereotype, mengandung kekerasan. Dalam media pembelajaran yang berupa gambar khususnya, dapat diintegrasikan pendidikan karakter dan budaya bangsa di dalamnya, sejauh guru dapat memilih gambar yang sesuai dengan karakter yang mau ditanamkan. 4. Ketersediaan Media Sebaik apapun media yang akan kita gunakan dalam pembelajaran, tetapi sulit atau tidak mungkin didapatkan, maka lebih baik media tersebut ditinggalkan untuk sementara waktu. Untuk itulah penting bagi guru menguasai bagaimana membuat dan menggunakan media sederhana. Dengan kata lain media yang dipilih adalah media yang tersedia atau yang dapat dibuat sendiri.

Prinsip-prinsip Pemilihan Media

Salah satu kompetensi guru adalah kepiawaiaan memilih media pembelajaran yang digunakan. Tentu tidak semua media yang dimiliki tersebut cocok digunakan dalam proses pembelajaran. Agar paradigma “Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM)” diimplentasikan, guru harus memilih media pembelajaran yang paling efektif dan efisien untuk kegiatan pembelajaran, sesuai dengan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang akan dicapai. Dalam memilih media pembelajaran, guru harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut. 1. Karakteristik peserta didik Dalam konteks ini, titik fokus pembicaraan kita adalah pada taraf perkembangan intelektual peserta didik. Jika mengikuti tahapan perkembangan intelektual menurut Piaget, peserta didik usia SMP berada dalam tahap peralihan dari perkembangan operasional konkrit menuju perkembangan operasional formal. Sedangkan penelitian di salah satu SMP swasta favorit di Jawa Timur, ternyata hanya 15% yang benar-benar berada pada fase operasional formal (Nur, 2009). Selebihnya berada pada fase konkrit, peralihan, dan formal awal. Peserta didik yang berada pada fase operasional konkrit bukan berarti tidak bisa berpikir tingkat tinggi (seperti menganalisis, memecahkan masalah, dan penalaran lainnya). Mereka bisa melakukan hal tersebut, asalkan untuk hal-hal yang berada di sekitar peserta didik dan dapat mereka bayangkan. Jadi, jika dikaitkan dengan media (dan kerucut pengalaman), maka situasi sebenarnya dan media benda-benda nyata tampaknya cenderung cocok untuk peserta didik SMP. 2. Tingkat keabstrakan media Ahli psikologi Bruner (dalam Nur, 2001) mengemukakan bahwa pengajaran seharusnya dimulai dari pengalaman langsung (enactive) menuju representasi ikonik (seperti penggunaan gambar dan film), dan baru kemudian menuju representasi simbolik (seperti penggunaan kata-kata atau persamaan-persamaan matematis). Bruner lebih jauh menyatakan bahwa urutan bagaimana peserta didik menerima materi ajar memiliki pengaruh langsung pada pencapaian ketuntasan belajar tersebut. Pada saat suatu tugas belajar disajikan pada peserta didik yang tidak memiliki pengalaman yang relevan dengan tugas itu, pembelajaran akan dipermudah bila pengajaran mengikuti suatu urutan dari pengalaman konkrit menuju representasi ikonik kemudian menuju representasi abstrak. Dalam salah satu buku teks tentang penggunaan audiovisual, Hoban, Hoban, dan Zissman (dalam Nur, 2000) menyatakan bahwa nilai materi ajar merupakan fungsi dari tingkat kekonkritannya. Dalam konteks media pembelajaran, pernyataan ini berarti: semakin konkrit media pembelajaran yang digunakan guru, maka media pembelajaran tersebut semakin bermakna bagi peserta didik. Dale (1969) pernah mengembangkan “kerucut pengalaman” yang sampai sekarang masih relevan untuk dirujuk. Kerucut pengalaman itu dimulai dari peserta didik sebagai pelaku dalam pengalaman sesungguhnya, menuju peserta didik sebagai pengamat atas suatu kejadian tak langsung (melalui media), dan akhirnya peserta didik mengamati simbol-simbol yang mewakili kejadian itu. Beliau juga menyatakan bahwa peserta didik dapat mengambil manfaat dari kegiatan yang lebih abstrak, asalkan mereka telah membangun sejumlah pengalaman lebih konkrit untuk memaknai penyajian realitas yang lebih abstrak tersebut.

Jenis-jenis Media Pembelajaran

Rumampunk (1992) mengklasifikasikan media pembelajaran sebagai berikut; media gambar diam, media papan, media dengan proyeksi, benda asli dan orang, model, spesimen, mocks up (bagian benda asli), diorama, out-door laboratory, community study, walking trips, field study, special learning trips, audio recording, dan televisi. 1. Gambar diam (still picture) dan grafis Adalah benda visual dua dimensi yang merupakan gambaran dari orang, tempat atau sesuai kejadian atau secara singkat gambar diam adalah potret. Sedangkan media grafis merupakan semua media yang mengandung grafis dan merupakan benda-benda instruksional yang meringkas informasi dan ide melalui kombinasi gambar, kata, simbol, dan gambaran. Termasuk dalam gambar diam adalah grafik, chart, peta, diagram, poster, kartun, komik, gambar, foto, dan lukisan. 2. Media papan (board) Media yang menggunakan papan sebagai sarana komunikasi untuk menyampaikan informasi dan ide yang biasanya ditempatkan di dinding atau permukaan yang horisontal. Berbagai bentuk media papan di antaranya; papan tulis, papan flanel, papan pameran, papan tempel, papan demonstrasi, papan magnet, papan paku, papan kantong, foam board dan papan pasak. 3. Media dengan proyeksi Berikut ini merupakan media yang penyajiannya menggunakan proyektor. a. Still projection (gambar sorot tak bergerak), terdiri dari slides, filmstrips, tranparansi, dan opague. b. Micro projection (media sorot mikro) c. Microfilm and microfische (Mikrofilm dan mikrofis) d. Motion pictures (Media sorot yang bergerak) 4. Benda asli dan orang (Real objects and people) atau realia (benda tiruan sesuai benda asli) Merupakan benda tiga dimensi, misalnya boneka cocok untuk topic mendeskripsikan My Doll. 5. Model Merupakan benda tiga dimensi tiruan yang menyajikan suatu benda sama dengan benda asli. Media yang masuk dalam kategori model adalah model irisan, model memperkecil-memperbesar, maket, dan penyederhanaan objek yang kompleks. 6. Bagian benda asli (Mocks up) Merupakan jenis model yang berupa bagian tertentu saja dari benda asli. 7. Diorama Diorama adalah miniatur tiga dimensi untuk menggambarkan model yang sebenarnya seperti keadaan ruang angkasa, miniatur figur publik, miniatur pesawat terbang, kejadian sejarah perundingan, perang, dan sebagainya. 8. Outdoor laboratory Outdoor laboratory atau “laboratorium” di luar ruangan merupakan media yang berupa alam, masyarakat, dan hasil kebudayaan yang dimanfaatkan untuk sumber belajar. Dalam mata pelajaran IPA laboratorium di luar ruangan dapat berupa lahan pertanian, sungai, dan lain-lain. Sedangkan contoh dalam IPS, studi tentang lingkungan masyarakat yang di dalamnya terdapat unsur-unsur sosial seperti sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, dan lain-lain. Dalam pembelajaran Bahasa Inggris lingkungan sekitar dapat dimanfaatkan sebagai sumber inspirasi menulis puisi atau membuat karya tulis. 9. Community study, walking trips, dan field study Mirip dengan kegiatan outbound, yakni kegiatan pembelajaran di luar kelas dengan mengunjungi tempat-tempat yang mendukung tujuan pembelajaran seperti situs sejarah, lingkungan alam (misalnya mengadakan English camp), hasil kebudayaan, dan sebagainya. 10. Ragam bentuk kartu Ragam bentuk kartu sederhana seperti picture cards, flash cards, flip cards, circular cards, shuffle cards, pop up cards, word/ sentence cards dan card games dengan berbagai ukuran dan bentuk disesuaikan dengan fungsi kartu-kartu tersebut dalam proses pembelajaran. 11. Poster Poster hampir serupa dengan kartu tetapi ukuran lebih besar dan gambar yang terpampang lebih banyak dan dapat pula berisi rangkaian gambar suatu situasi/peristiwa. Misalnya poster dengan ukuran 75x55 cm yang menggambarkan 4 (empat) musim- summer, fall, spring dan winter di suatu negara subtropis. 12. Puppets Puppets (wayang tokoh) dapat berbentuk stick puppets, finger puppets atau hand/glove puppets yang terbuat dari bahan plastik, kertas/karton, dan kain

Manfaat Media Pembelajaran

Berbagai mata pelajaran memiliki kaitan yang erat dengan objek yang kompleks. Untuk membawa berbagai objek tersebut ke kelas tentu tidaklah mudah, sementara penjelasan verbal sering membuat peserta didik kurang cepat memahami konsep yang dipelajari. Oleh karena itu, media pembelajaran sangat bermanfaat bagi peserta didik dalam proses pembelajaran. Scott dan Ytreberg (1990) dan Rumampunk (1992) menegaskan beberapa manfaat media dalam pembelajaran sebagai berikut: 1. Membangkitkan rasa ingin tahu Tanpa penjelasan guru, gambar-gambar atau kartu bergambar pasti akan memunculkan rasa penasaran pada diri peserta didik untuk mempertanyakan, misalnya mengapa ada musim salju di luar negeri. Inilah salah satu manfaat media sebagai sumber motivasi siswa. 2. Membuat konsep abstrak menjadi konkrit Ketika guru menjelaskan kondisi perkampungan kumuh di suatu kota kepada anak didik di pedesaan, tentu tidak mudah hanya dengan kata-kata. Sebab peserta didik yang belum pernah pergi ke kota sulit membayangkan bagaimana keadaan masyarakat di kota. Tetapi dengan menayangkan kondisi perkampungan kumuh lewat gambar/foto, peserta didik merasa telah berada di tengah perkampungan kumuh tersebut, karena media gambar/foto mampu merekam keadaan suatu tempat jauh lebih komplit dibandingkan dengan ceramah. 3. Mengatasi batas-batas ruang kelas Dengan berkunjung langsung ke lokasi objek pembelajaran, guru telah mendekatkan peserta didik pada kebutuhan belajar mereka. Langkah ini juga dapat dilakukan dengan gambar atau foto yang mampu membawa peserta didik berempati terhadap masalah yang dipelajari. 4. Mengatasi perbedaan pengalaman peserta didik Pernahkah guru menjelaskan suatu materi pembelajaran tetapi ada peserta didik yang kurang mampu mengikuti penjelasan tersebut? Kemungkinan salah satu penyebabnya adalah perbedaan pengalaman peserta didik. Sebagai contoh kita mengajarkan pelabuhan sebagai penyebarangan. Kemungkinan ada peserta yang belum pernah naik perahu, atau belum pernah melihat dalam tayangan televisi maupun foto. Dengan media yang ditampilkan, kemungkinan adanya peserta didik yang belum memiliki pengalaman tersebut dapat teratasi. 5. Menyajikan informasi belajar secara konsisten Ketika menjelaskan proses terjadinya hujan, proses perubahan angin, atau stratifikasi sosial melalui ceramah, pasti berbeda dari satu kelas dengan kelas lainnya. Kadang justru ada hal penting yang lupa tidak tersampaikan. Dengan media pembelajaran, muatan utama satu kelas dengan kelas lainnya akan lebih imbang. 6. Menyajikan peristiwa yang telah lewat Media sangat tepat untuk materi-materi yang mengkaji kejadian yang telah berlalu. Sebagai contoh suasana masa proklamasi kemerdekaan, terjadinya tsunami di Aceh, gempa bumi di Yogyakarta, dan sebagainya dapat disajikan dengan gambar/foto. 7. Memusatkan perhatian Media yang disusun secara sistematis dan komunikatif dapat menarik perhatian peserta didik untuk memusatkan perhatian pada proses pembelajaran. Misalnya ada seorang guru yang menjelaskan tentang perang dunia tetapi banyak peserta didik yang bersikap tak acuh. Ketika guru menunjukkan gambar-gambar peristiwa penyerangan Jepang ke pangkalan Amerika (Pearl Harbour), perhatian mereka pun tertuju pada gambar-gambar tersebut. Selanjutnya mereka akan lebih aktif berperan dalam pembelajaran. Inilah manfaat media sebagai pemusatan perhatian. 8. Mengatasi objek yang kompleks Ketika mengamati fenomena sosial di pasar, guru dapat membawa peserta didik melakukan observasi. Tetapi sering informasi penting tidak terekam oleh mereka karena keterbatasan panca indera manusia. Dengan memotret, kemudian dilihat bersama-sama di kelas, maka kekurangan di atas dapat diatasi. 9. Mengatasi penampilan objek yang terlalu cepat atau lambat, besar atau kecil Gambar dan foto merupakan media yang dapat diperbesar dan diperkecil. Peserta didik tidak akan mampu melihat bumi tanpa menggunakan globe atau teropong. 10. Membantu peserta didik mengingat apa yang telah dipahami dan diserap Bermacam-macam media kartu dan wayang tokoh dapat dimanfaatkan untuk mengulang materi ajar yang pernah diajarkan supaya peserta didik ingat kembali sebelum materi ajar baru yang terkait diperkenalkan.

Media Pembelajaran

Secara singkat pada bagian rasional telah dinyatakan bahwa ada beberapa hambatan yang dihadapi guru ketika akan menggunakan media dalam proses pembelajaran. Berbagai hambatan tersebut muncul dalam bentuk misalnya: (1) Anggaran sekolah relatif rendah untuk keperluan pembelian media. (2) Sekolah belum memperoleh sistem kelistrikan dan/atau sambungan internet yang memadai (untuk kasus sekolah pada daerah terpencil dan terisolasi). (3) Media sering tidak menjangkau kelokalan sekolah, sekaligus mahal. (4) Terdapat keterbatasan dari sisi ketersediaan dan kapasitas ruang laboratorium sekolah. (5) Terdapat kemungkinan fasilitas sudah dipenuhi oleh sekolah akan tetapi belum dioptimalkan penggunaannya. Untuk mengatasi hambatan tersebut, maka diperlukan kreativitas guru untuk memproduksi media pembelajaran sederhana (untuk selanjutya disebut media sederhana) atau mengoptimalkan pemanfaatan fasilitas yang sudah tersedia di sekolah. Berdasarkan uraian ICBBA (2011) dan pengklasifikasian media menurut Kusumah (2009), media sederhana adalah media yang bahannya murah dan mudah diperoleh serta pembuatannya dapat dilakukan oleh guru. Bahan media sederhana dapat diperoleh di sekitar sekolah. Barang-barang yang tidak terpakai dapat dijadikan pilihan bahan media sederhana. Kain perca, misalnya, dibentuk menjadi finger puppets dan dapat digunakan untuk media pembelajaran pada topik pembahasan tentang teks narrative dengan karakter-karakter yang mendukung alur cerita. Perlu disadari bahwa media sederhana bukan berarti hanya untuk tujuan pembelajaran tingkat rendah. Media sederhana dapat dan cocok digunakan untuk kemampuan berpikir tingkat tinggi, seperti pemecahan masalah. Sebagai contoh, papan permainan ular tangga yang bernomor dan nomor-nomor tertentu berisi masalah dapat dijadikan media melatih kelancaran berbicara melalui diskusi untuk mencari solusi atas permasalahan tersebut.

Pengertian Media Pembelajaran

Secara sederhana, tugas guru adalah memfasilitasi pembelajaran kepada peserta didik. Bagaimana cara guru memfasilitasi proses pembelajaran agar peserta didik dapat belajar? Hal-hal apa saja yang dapat dihadirkan oleh guru sehingga memungkinkan peserta didik belajar? Jawaban terhadap pertanyaan ini bermuara pada kehadiran media pembelajaran. Media pembelajaran seperti apa yang perlu dihadirkan? Untuk menjawabnya, kita perlu mendefinisikan istilah media. Kata medium atau media (bentuk jamak) berasal dari bahasa Latin. Menurut Heinich, dkk. (1982) media merupakan sarana atau alat komunikasi sekaligus merupakan sumber informasi. Disebut alat komunikasi karena istilah media merujuk pada segala sesuatu yang membawa atau mengantar pesan dari sumber kepada penerima (receiver). Sedangkan media dikatakan sebagai sumber informasi karena isi pesan yang terkandung di dalamnya. Beberapa contoh media antara lain gambar atau foto, televisi, video, diagram, barang-barang cetakan, program komputer, atau radio. Contoh-contoh media di atas dapat menjadi media pembelajaran ketika benda-benda itu mengandung pesan untuk tujuan pembelajaran. Jadi, media pembelajaran adalah benda-benda yang berisi pesan yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selanjutnya, Gerlach dan Ely (1992) memperluas definisi media pembelajaran, yakni “segala sesuatu yang bisa dimanfaatkan sebagai alat bantu dalam rangka mendukung implementasi strategi atau metode mengajar, yang mengarah pada pencapaian tujuan pembelajaran”. Dengan demikian, seperti halnya pendapat Kemp (1985), berbagai sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran itulah yang disebut media pembelajaran. Media pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua macam. Pertama, segala sesuatu yang ada atau tidak sengaja diproduksi untuk pembelajaran tetapi kemudian dimanfaatkan untuk pencapaian tujuan pembelajaran. Misalnya pasar, bendungan, kantor pos, stasiun, candi, sarang semut di halaman sekolah, rumpun pisang di kebun, dan sebagainya. Kedua, benda-benda, baik alat maupun bahan yang memang sengaja dibuat untuk tujuan pembelajaran. Butir terakhir inilah yang menjadi pusat perhatian kita dalam materi pelatihan ini.